Jumat, 06 Mei 2011

Kebaya, Keanggunan Wanita Indonesia

Kebaya, Keanggunan Wanita Indonesia
Kebaya. Nama yang sudah tak asing lagi terdengar di telinga kita. Bahkan sejak kita kecil, kita sudah sering menyaksikan ibu kita mengenakan kebaya dan kain sewek (kain batik) sehari-hari. Apalagi bagi kaum hawa, pasti memiliki kebaya walaupun sederhana yang tersimpan rapi di lemari (sebagai pelengkap narsis, karena narsis rasanya tak lengkap tanpa kebaya…hehehe).


Menurut Wikipedia, Kebaya adalah blus tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia dan Malaysia yang terbuat dari bahan tipis yang dikenakan dengan sarung, batik, atau pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-warni. Dipercaya kebaya berasal dari Tiongkok ratusan tahun yang lalu. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Setelah akulturasi yang berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat. Sebelum 1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang hanya dikenakan keluarga kerajaan di sana. Selama masa kendali Belanda di pulau itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Selama masa ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan barang tenunan mori menggunakan sutera dengan sulaman warna-warni. Pakaian yang mirip yang disebut “nyonya kebaya” diciptakan pertama kali oleh orang-orang Peranakan dari Melaka. Mereka mengenakannya dengan sarung dan sepatu cantik bermanik-manik yang disebut “kasut manek”. Kini, nyonya kebaya sedang mengalami pembaharuan, dan juga terkenal di antara wanita non-Asia.
Dalam perkembangannya kini, model kebaya asli atau kebaya tradisional telah banyak bermetafora dan menyesuaikan dengan perkembangan mode terkini. Tentunya dengan tidak meninggalkan ciri khas kebaya itu sendiri. Kini, kebaya-kebaya adaptasi (kebaya modern) banyak diciptakan oleh perancang-perancang busana terkenal tanah air yang kualitasnya sudah tidak perlu diragukan lagi, layaknya : Anne Avantie, Ghea Panggabean, Oscar Lawalata, Zainal Songket, dll.
Kebaya-kebaya warisan nenek moyang kita kini telah mendunia. Kualitas dan keindahannya telah menjadi trademark tersendiri yang menjadikannya selalu dinanti-nantikan penggemar setianya. Kebaya mengandung arti filosofis tersendiri. Kebaya mampu menampilkan pancaran pesona inner baeuty dan keanggunan seorang wanita, yang mampu menjadikan magnet / daya tarik tersendiri. Kebaya pun tidak kalah modis dan mewahnya dengan gaun-gaun malam rancangan desainer ternama luar negeri, seperti : Alexander McQueen, Jean Paul Gaultier, Nicky Hilton, dll.
Ditengah gencaran mode-mode terbaru dari Paris dan Milan yang memang telah terkenal sebagai kiblat fashion dunia, masyarakat kita tidak terkecuali sibuk memburu trend yang ada. Muda-mudi sibuk hunting fashion item ter-up to date agar tidak dibilang ketinggalan zaman dan agar terlihat modis. Bagi yang tua, sibuk membolak-balik majalah fashion atau browsing di internet mengenai trend ter-up to date. Kemudian keluar masuk butik untuk melihat-lihat dan memilihnya. Atau bagi yang berkantong pas-pasan harus rela berburu kain dan membawanya ke tukang jahit, atau bisa juga dijahit sendiri. Apapun caranya, yang penting gaya!
Tampil cantik dan modis memang tidak bisa dielakkan lagi sudah menjadi sebuah kebutuhan masa kini untuk menunjang penampilan. Tapi, bukan berarti karena kita mengikuti trend mode luar negeri lantas melupakan pakaian tradisional kita : Kebaya.
Kalau bukan kita yang melestarikan kebaya, lantas siapa lagi? Jangan sampai kita baru hebohan sendiri kalau kebaya sudah diambil dan diakui sebagai milik negara tetangga.
Kebaya merupakan warisan budaya leluhur kita. Kebaya tidak hanya sebagai pakaian saja, namun mengandung makna dan arti tersendiri yang begitu dalam. Kebaya mencerminkan budaya ketimuran kita yang bebas tetapi tetap ada batasannya. Seperti model kebaya yang terus bermetafora namun tidak meninggalkan ciri aslinya. Kebaya juga mencerminkan persamaan dan kedudukan manusia. Layaknya tua, muda, miskin, kaya, semua bebas berkebaya. Maka, tak berlebihan jika kebaya disebut sebagai Pesona Asli Keanggunan Wanita Indonesia.
Sejatinya, kita harus berterima kasih kepada nenek moyang kita atas warisannya yang begitu berharga. Karena, belum tentu negara lain memiliki warisan kebudayaan yang begitu indah dan banyaknya.
Rasa terima kasih kepada nenek moyang salah satunya bisa kita buktikan dengan terus menjaga keindahan kebaya dan melestarikannya.
Harapan saya dan kita semua, semoga kebaya tetap ada kini dan nanti. Semoga anak cucu kita masih bisa melihat keindahan kebaya dan tak malu untuk menunjukkan kebaya di panggung fashion dunia. Seharusnya kita bangga punya kebaya!